Equity World | Bursa Saham Asia Melemah, Akhir Sesi Satu IHSG Masih Hijau

Equity World | Bursa Saham Asia Melemah, Akhir Sesi Satu IHSG Masih Hijau

Equity World | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (7/2/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,02% ke level 5.988,06. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah lebar menjadi 0,15% ke level 5.996,29.

Jika apresiasi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama empat hari beruntun.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang bergerak di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei terpangkas 0,17%, indeks Shanghai turun 0,59%, indeks Hang Seng melemah 0,78%, indeks Straits Times jatuh 0,71%, dan indeks Kospi terkoreksi 1,04%.

Terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir CNBC International, hingga kemarin, Kamis (6/2/2020), sebanyak 636 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 31.000.

Riset dari Standard & Poor’s (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

“Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin,” tulis riset S&P.

Equity World

Harga Emas Antam Terus Naik, Sentuh Rp 772 Ribu per Gram | Equity World

Meluasnya infeksi virus Corona memang datang di saat yang sangat tidak tepat, yakni kala masyarakat China tengah merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.

Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.

Pemerintah China sendiri sejatinya memperkirakan bahwa akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Namun, kemungkinan besar estimasi tersebut akan meleset jauh, mengingat banyak wilayah di China yang dikarantina guna menekan meluasnya infeksi virus Corona.

Bahkan, pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang libur Tahun Baru China di negaranya. Sejatinya, libur Tahun Baru China pada awalnya dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 Januari 2020.

Berlaku secara nasional, pemerintah China kemudian memperpanjang libur Tahun Baru China hingga akhir pekan kemarin.

Equity World | Bursa Asia Ditutup Naik, Eropa Dibuka Menguat

Equity World | Bursa Asia Ditutup Naik, Eropa Dibuka Menguat

Equity World | Bursa saham regional Asia pada penutupan sore ini Rabu (5/2/2020) bervariasi dengan kecenderungan naik. Sementara bursa saham Eropa dibuka dengan tren menguat.

Mengacu data Bloomberg, hingga sore ini pukul 16.00 WIB, indeks Asia Pasifik di luar Jepang, MSCI index naik 6,95 poin (0,49 persen) mencapai 1.346, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup naik 234 poin (1,02 persen) mencapai 23.319, Shanghai SE composite di Tiongkok naik 34 poin (1,25 persen) mencapai 2.818, indeks Hang Seng di Hong Kong naik 110 poin (0,42 persen) mencapai 26.786, dan Kospi di Korea Selatan ditutup naik 7 poin (0,36 persen) mencapai 2.165, bursa Australia ASX 200 naik 27 (0,39 persen) mencapai 6.976.

Equity World

Bursa Saham Asia Dukung Penanganan Virus Corona | Equity World

Di Asia Tenggara, bursa Malaysia KLCI naik 0,9 poin (0,06 persen) menjadi 1.536, Strait Times Singapura pada pukul 16.00 ditutup naik 43 poin (1,38 persen) mencapai 3.200, bursa Thailand Thai set 50 index naik 9 poin (0,8 persen) menjadi 1.032.

Sementara mayoritas indeks saham di Eropa menguat di awal perdagangan. Indeks FTSE100 di Inggris naik 57,6 (0,7 persen) menjadi 7.497, DAX di Jerman naik 161,9 (1,21) mencapai 13.442, dan CAC 40 di Prancis naik 59,7 (1,0 persen) menjadi 5.994.

PT Equityworld | Mayoritas laporan kinerja melebih target, Wall Street kembali dibuka menguat

PT Equityworld | Mayoritas laporan kinerja melebih target, Wall Street kembali dibuka menguat

PT Equityworld | Wall Street kembali dibuka menguat. Kenaikan sektor teknologi membantu indeks utama Wall Street menguat untuk hari kedua pada Selasa (4/2).

Kemarin, Wall Street berhasil unggul setelah intervensi baru oleh People’s Bank of China (PBoCC) menenangkan saraf investor.

Seperti diketahui, China menyuntikkan CNY 1,7 triliun setara US$ 242,74 miliar melalui reverse repo pada hari Senin dan Selasa. Hal ini membantu bursa saham China membalikkan keadaan setelah anjlok pada Senin (3/2).

Stimulus meningkatkan sentimen investor bahkan ketika beberapa ekonom memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan global 2020 karena virus corona yang menyebar cepat telah menghambat pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

“Investor tampaknya bereaksi positif terhadap langkah-langkah yang saat ini diambil oleh otoritas China,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar National Securities kepada Reuters.

“Apakah virus memiliki dampak yang langgeng pada ekonomi global yang lebih luas tergantung pada kemampuan pemerintah-pemerintah utama dunia untuk secara efektif menggunakan sumber daya untuk mengatasi wabah itu.”

Sembilan dari 11 sektor S&P utama berhasil melesat, dipimpin oleh kenaikan 1,7% dalam stok energi karena harga minyak rebound. Peningkatan lebih dari 1,5% terjadi pada saham Apple Inc dan Microsoft Corp membantu indeks teknologi naik 1,8%.

Tapi Alphabet Inc tergelincir 3,4% setelah bisnis periklanan Google dan data baru tentang YouTube dan Google Cloud mengecewakan investor.

Dow Jones Industrial Average naik 444,78 poin, atau 1,57%, pada 28.844,59, S&P 500 naik 46,03 poin, atau 1,42%, pada 3.294,95 dan Nasdaq Composite naik 137,94 poin, atau 1,49%, di 9.411,34.

PT Equityworld

Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga Acuan, Wall Street Melaju | PT Equityworld

Kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari wabah virus corona mulai terkikis setelah 70% dari hampir setengah perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan sejauh ini telah melampaui estimasi pendapatan.

Kinerja Ralph Lauren Corp melonjak 6,4% setelah laba kuartal liburan pengecer mengalahkan ekspektasi pasar. Sementara perusahaan asuransi kesehatan, Centene Corp, tergelincir sekitar 0,5%, terbebani oleh lonjakan biaya medis triwulanan

Investor juga mengamati perlombaan pencalonan presiden Demokrat AS yang memulai awal yang kacau pada hari Senin, dengan para pejabat menyalahkan “inkonsistensi” atas keterlambatan yang tidak terbatas dalam hasil kaukus negara.

Masalah yang maju melebihi jumlah decliners dengan rasio 4,63 banding 1 di NYSE dan dengan rasio 4,71 banding 1 di Nasdaq. Indeks S&P mencatat 43 tertinggi baru 52-minggu dan dua terendah baru, sedangkan Nasdaq mencatat 71 tertinggi baru dan 14 terendah baru

Equityworld Futures | Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Menghijau

Equityworld Futures | Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Menghijau

Equityworld Futures | Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (4/2/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Hang Seng naik 0,51%, indeks Straits Times menguat 0,62%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,11%.

Bursa saham Benua Kuning berhasil bangkit pasca sudah diterpa tekanan jual dengan intensitas yang besar pada perdagangan kemarin, Senin (3/2/2020).

Bursa saham Benua Kuning mengekor kinerja Wall Street yang ditutup menguat pada dini hari tadi. Pada penutupan perdagangan, indeks Dow Jones naik 0,51%, indeks S&P 500 menguat 0,73%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 1,34%.

Wall Street berhasil bangkit pasca sudah babak belur pada pekan kemarin. Di sepanjang pekan kemarin, indeks Dow Jones anjlok 2,55%, indeks S&P 500 ambruk 2,16%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 1,76%.

Pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (31/1/2020), indeks Dow Jones jatuh 2,09%, indeks S&P 500 melemah 1,77%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 1,59%. Indeks Dow Jones mencatatkan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2019, sementara indeks S&P 500 menorehkan kinerja harian terburuk sejak Oktober 2019.

Rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Kemarin, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Equityworld Futures

Inflasi Naik Karena Harga Rokok, Sri Mulyani: Hanya Musiman | Equityworld Futures

Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan Januari merupakan ekspansi pertama dalam enam bulan.

Di sisi lain, kinerja bursa saham Asia dibatasi oleh meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Hingga hari ini, setidaknya sebanyak 22 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir Bloomberg, hingga hari Sabtu (1/2/2020) sebanyak 304 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 14.000. Padahal hingga akhir pekan sebelumnya, jumlah korban meninggal baru mencapai 56 orang.

Equityworld Futures | Bursa China Seret Saham Asia Melemah Lebih Lanjut

Equityworld Futures | Bursa China Seret Saham Asia Melemah Lebih Lanjut

Equityworld Futures | Bursa saham China terjerembab dan menyeret bursa Asia melemah lebih lanjut pada perdagangan hari ini, Senin (3/2/2020), di tengah memburuknya wabah virus corona (coronavirus).

Di sisi lain, langkah-langkah dukungan dari pemerintah China membantu membendung penurunan di pasar saham wilayah lain. Kontrak berjangka AS naik dan kontrak berjangka di Eropa bergerak ke posisi lebih tinggi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,8 persen pukul 7 pagi waktu London (pukul 15.00 WIB).

Pada saat yang sama, indeks Shanghai Composite China meluncur 7,7 persen, indeks Topix Jepang ditutup melorot 0,7 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia turun tajam 1,3 persen.

Adapun indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,2 persen, Kospi Korea Selatan fluktuatif, dan indeks futures Euro Stoxx 50 naik tipis 0,1 persen. Di Amerika Serikat, indeks futures bertambah setelah indeks saham acuannya merosot 1,8 persen pada perdagangan Jumat (31/1/2020).

Jumlah total pasien terinfeksi wabah virus corona telah melewati angka 17.000 secara nasional sementara sedikitnya 360 orang meninggal di China hingga Senin (3/2/2020), menurut Komisi Kesehatan Nasional China.

Investor menghadapi lebih banyak gejolak setelah pasar ekuitas global pekan lalu membukukan pekan terburuknya sejak Agustus di tengah kekhawatiran atas goyahnya pertumbuhan akibat penyebaran virus tersebut.

Pada Senin (3/2), People’s Bank of China (PBOC) atau Bank Rakyat China menginjeksi uang tunai ke dalam sistem keuangannya. Ini merupakan bagian dari serangkaian langkah untuk menopang pasar keuangan Negeri Tirai Bambu.

Equityworld Futures

Corona Nggak Kira-kira, Bursa Asia Juga Dibikin Babak Belur | Equityworld Futures

PBOC menginjeksi dana 900 miliar yuan atau US$129 miliar dengan seven-day reverse repurchase agreements sebesar 2,4 persen, juga suntikan 300 miliar yuan atau US$45 miliar dengan 14-day contracts sebesar 2,55 persen.

Hal tersebut merupakan upaya PBOC memastikan kecukupan likuiditas ketika bursa saham jatuh begitu dibuka pertama kali hari ini setelah libur Imlek. Injeksi dana segar itu memotong beban biaya pinjaman sebesar 10 basis poin.

Pihak otoritas telah berjanji untuk menyediakan likuiditas berlimpah dan mendesak investor untuk mengevaluasi dampak virus corona secara objektif.

Namun menurut Andrew Harmstone, manajer portofolio di Morgan Stanley Investment Management, saat ini belum waktunya untuk kembali masuk ke dalam pasar dan melakukan pembelian.

“Kita harus melihat lebih banyak puncak dari aksi jual ataupun resolusi atas penyebaran virus,” tambahnya, kepada Bloomberg TV di Singapura.

Equityworld Futures | Jualan Emas Antam Rekor 34 Ton, Gimana Tren Saham ANTM?

Equityworld Futures | Jualan Emas Antam Rekor 34 Ton, Gimana Tren Saham ANTM?

Equityworld Futures | Manajemen PT Antam Tbk (ANTM) membukukan penjualan bersih belum diaudit (unaudited) sepanjang tahun lalu sebesar Rp 32,81 triliun atau naik 30% dibandingkan dengan penjualan bersih (audited) tahun 2018 sebesar Rp 25,24 triliun.

Hanya saja, perseroan belum mengungkapkan besaran laba bersih perusahaan. Pada 2019, berdasarkan laporan highlights yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia, Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko, menjelaskan capaian produksi dan penjualan feronikel tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Volume produksi unaudited feronokel mencapai 25.713 ton nikel dalam feronikel (TNi), sementara volume penjualan unaudited feronikel mencapai 26,348 TNi.

Antam juga mencatat penjualan emas tertinggi sepanjang seharah perusahaan yakni penjualan unaudited sebesar 34 ton emas (1.093.864 troy oz) atau naik 22% dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 27,89 ton (896.812 troy oz).

Equityworld Futures

Di bawah Bayang-Bayang Corona, Harga Emas Antam Cari Aman | Equityworld Futures

“Khusus kuartal 4-2019, penjualan unaudited emas tercatat sebesas 7.307 kg atau 7,31 ton emas (234.925 troy oz),” tulis Kunto dalam keterbukaan informasi di BEI, Senin (3/2/2020).

Namun berdasarkan data BEI, Saham ANTM hari ini masih minus 0,69% di level Rp 715/saham. Secara year to date, saham ANTM minus 14,88% dengan kapitalisasi pasar Rp 17,18 triliun. Saham ANTM hari ini diperdagangkan sebanyak 25,63 juta saham dan nilai perdagangan Rp 18,37 miliar.

Dipengaruhi Virus Corona, IHSG Turun 0,91% Ikuti Kejatuhan Bursa Asia

PT Equity World | Dipengaruhi Virus Corona, IHSG Turun 0,91% Ikuti Kejatuhan Bursa Asia

PT Equity World | Indeks harga saham gabungan (IHSG) Kamis (30/1), ditutup turun 55,45 poin atau 0,91%. Meski turun cukup dalam, IHSG tidak sendirian. Pasalnya bursa saham Asia lainnya turun lebih dalam. Memimpin koreksi bursa Asia yaitu indeks Hang Seng yang anjlok 2,62%, diikuti indeks Nikkei 225 turun 1,72%, kemudian Kospi 1,71%, serta Strait Times turun 0,37%. Sementara itu indeks Taiwan yang mengawali perdagangan setelah libur tahun baru Imlek hari ini, langsung jatuh 5,75%.

Pasar pun harus bersiap menghadapi kejatuhan indeks Shanghai Composite, ketika perdagangan dimulai kembali pada 3 Februari mendatang, yang diperkirakan akan mengikuti nasib indek saham Taiwan. Adapun jatuhnya bursa Asia masih dipengaruhi sentimen virus corona yang kini telah menginfeksi lebih dari 7.000 orang di 15 negara di dunia, dan telah menelan korban jiwa sebanyak 170 orang.

Ekonom pemerintah Tiongkok memperkirakan merebaknya wabah virus corona akan menekan laju pertumbuhan ekonomi Negeri Panda tersebut menjadi hanya 5% pada triwulan I 2020. Sentimen virus corona yang menghantam pasar saham global juga turut membuat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepi transaksi. Total nilai transaksi saham hari ini tercatat hanya mencapai 5,64 triliun dari 6,16 miliar saham.

PT Equity World

Bursa Saham Asia Berguguran di Tengah Kekhawatiran Virus Corona | PT Equity World

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebut faktor yang juga mempengaruhi pergerakan di pasar saham hari ini adalah keputusan bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuannya. Sedangkan faktor dalam negeri, yakni data realisasi investasi 2019. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sebesar Rp 809,6 triliun di sepanjang 2019, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 juta orang. Penyerapan tenaga kerja ini diakui Kepala BKPM belum maksimal.

Sebanyak 271 saham harganya turun, 129 naik, dan selebihnya stagnan atau tidak berubah. Investor asing pun juga melepas aset-asetnya di pasar saham Indonesia dengan catatan jual bersih (net sell) saham Rp 336,63 miliar di pasar reguler. Adapun saham-saham yang paling signifikan menekan laju IHSG ke zona merah didominasi oleh emiten berkapitalisasi pasar besar seperti Astra International Tbk (ASII) yang turun 2,93%, disusul Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,92%, kemudian H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) turun 2,3%. Sementara itu investor asing ramai-ramai melepas saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing sebesar Rp 185,8 miliar dan Rp 114,5 miliar. Adapun harga saham BBCA turun 0,66% sedangkan BBRI turun 0,87%.

Equity World | Kepanikan Virus Corona Mereda, Wall Street Dibuka Menguat

Equity World | Kepanikan Virus Corona Mereda, Wall Street Dibuka Menguat

Equity World | Setelah mengalami aksi jual terbesar dalam 3 bulan terakhir, bursa Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Selasa (28/01/2020) setelah investor mengatasi kepanikan seputar wabah virus Corona.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 100 poin (0,4%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi surut menjadi 57,5 poin (0,2%) selang 15 menit kemudian ke 28.596,41. Indeks Nasdaq naik 49,5 poin (0,54%) ke 9.189,3 dan S&P 500 tumbuh 11,8 poin (0,36%) ke 3.255,96.

“Bursa mencoba untuk stabil dan berbalik menguat meski upaya tersebut cenderung tentatif dan minim alasan,” tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sinyal kenaikan ini muncul setelah Wall Street mengalami koreksi terbesarnya sejak Oktober pada Senin kemarin. Indek Dow Jones anjlok lebih dari 450 poin sedangkan indeks S&P 500 mencatatkan koreksi 1%, pertama dalam 74 hari perdagangan.

Indeks Nasdaq pun ikut-ikutan membukukan koreksi harian terbesar sejak Agustus 2019, menyusul kekhawatiran seputar penyebaran virus Corona yang dikhawatirkan mengganggu ekonomi global. Di China, virus ini membunuh lebih dari 100 orang dan menulari 4.500 lainnya.

Departemen Dalam Negeri AS menganjurkan warga negaranya untuk menghindari China karena wabah tersebut. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia memiliki “komunikasi yang sangat dekat” dengan Beijing terkait virus tersebut.

“Dari perspektif investasi, tantangan terbesar virus Corona Wuhan adalah minimnya perbandingan historis yang bisa membantu mengukur risikonya,” tutur Nicholas Colas, Co-founder DataTrek Research, sebagaimana dikutip CNBC International.

Equity World

Bursa Saham Asia Melemah Terdampak Wabah Virus Korona | Equity World

Membandingkan kondisi sekarang dengan wabah SARS pada 2003, lanjut dia, tidak akan sebanding karena perubahan demografis China dan dinamika ekonominya.

Pelaku pasar juga mencermati musim laporan keuangan. Raksasa farmasi Pfizer membukukan kinerja kuartal IV-2019 lebih buruk secara triwulanan, sehingga sahamnya turun 2,6%. Di sisi lain, laba bersih produsen motor gede (moge) Harley-Davidson mengalahkan ekspektasi pasar tetapi pendapatannya turun sehingga sahamnya anjlok 4,6%.

Menurut data FactSet, 67% perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P 500 membukukan laba bersih lebih baik dari perkiraan pasar. Apple akan menjadi salah satu emiten yang paling ditunggu rilis laporan keuangannya pada Selasa sore setelah penutupan pasar.

Dari sisi makroekonomi, data penjualan barang tahan lama (durable goods) AS bakal dirilis pada pukul 08:30 waktu setempat, disusul data keyakinan konsumen serta hasil survei The Fed Richmond dan Dallas satu setengah jam kemudian.

Equity World | Virus corona menumbangkan Wall Street

Equity World | Virus corona menumbangkan Wall Street

Equity World | Wall Street merosot pada perdagangan Senin (27/1). Tertekan makin banyak kasus suspect virus corona yang terkonfirmasi, meningkatkan kekhawatiran akan dampak virus terhadap perekonomian global.

Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 453,93 poin atau 1,57% menjadi 28.535,8, indeks S&P 500 kehilangan 51,84 poin atau 1,57% menjadi 3.243,63, dan Nasdaq Composite turun 175,60 poin atau 1,89% menjadi 9.139,31.

Sejauh ini ada 2.862 kasus yang dikonfirmasi di China dan jumlah kematian di China telah meningkat menjadi 81. Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melakukan perjalanan ke China untuk bertemu dengan pejabat pemerintah dan kesehatan. Di Amerika Serikat (AS), kasus corona kelima dikonfirmasi pada akhir pekan.

“China adalah pendorong terbesar pertumbuhan global sehingga ini tidak bisa dimulai di tempat yang lebih buruk,” kata Alec Young, direktur pelaksana penelitian pasar global di FTSE Russell.

“Pasar membenci ketidakpastian, dan virus corona adalah ketidakpastian utama karena tidak ada yang tahu seberapa buruk itu akan berdampak pada ekonomi global.”

Equity World

Bursa Sore: Pelemahan Kian Dalam, IHSG Tergerus 111 Poin | Equity World

Saham maskapai United dan Delta keduanya turun lebih dari 3,3%. Saham game seperti Las Vegas Sands dan Wynn Resorts masing-masing turun 6,8% dan 8,1%. MGM Resorts turun 3,9%.

Saham perjalanan Expedia, Carnival, dan Marriott Internasional semuanya turun setidaknya 2,1%. Saham konsumen dengan eksposure ke China seperti Apple, Disney, Nike dan Estee Lauder semua turun setidaknya 1,8%.

Equity World | Ngeri! Virus Corona Mengganas, Waspada Saham-saham Berguguran

Equity World | Ngeri! Virus Corona Mengganas, Waspada Saham-saham Berguguran

Equity World | Sepekan kemarin, pasar keuangan dalam negeri bergerak tak kompak, kala rupiah dan SUN ditutup menguat, indeks bursa saham tanah air malah melemah. Pasar masih mencemaskan penyebaran virus corona baru yang akhir-akhir ini terjadi.

Pada penutupan perdagangan terakhir pekan kemarin Jumat (24/1/2020), indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,082% ke posisi 6.244,11. Dalam sepekan terakhir, IHSG melorot 0,8%.

Namun IHSG tak sendirian, mayoritas bursa saham kawasan Asia pekan kemarin juga mencatatkan koreksi. Indeks Strait Times ambles 1,2% dalam sepekan, indkes KLCI juga terpangkas 1,4%. Indeks bursa saham China dan Hang Seng bahkan anjlok masing-masing sebesar 3,2% dan 3,8%. Sementara itu indeks Kospi dan Nikkei masing-masing turun 0,2% dan 0,9%.

Melihat kinerja tersebut, IHSG mengokohkan diri berada di posisi runner up jika dibandingkan dengan kinerja enam bursa saham utama kawasan Asia lainnya. Walau IHSG mengalami koreksi, nilai tukar rupiah malah makin perkasa di hadapan dolar.

Pada hari terakhir perdagangan minggu kemarin, rupiah di pasar spot dihargai Rp 15.565/US$. Dalam sepekan rupiah mencatatkan penguatan 0,48% dan menjadi mata uang paling perkasa kedua di benua kuning setelah Yen kalau dilihat secara mingguan.

Dilihat lebih jauh, keperkasaan rupiah ini mulai terjadi sejak awal tahun. Dari awal tahun rupiah mengalami reli tak terbendung dan menjadi mata uang paling perkasa di dunia. Tak tanggung-tanggung, belum genap sebulan di tahun 2020 ini, rupiah telah mencatatkan penguatan lebih dari 2%.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menilai penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia yang terus membaik. “Penguatan rupiah didorong oleh pasokan valas dari eksportir dan aliran modal asing sejalan prospek ekonomi Indonesia yang terjaga dan ketidakpastian global yang menurun” kata Perry, Kamis (23/1/2020).

Equity World

Harga Emas 24 Karat Antam Hari Ini, 27 Januari 2020. Naik Rp6.000 per Gram | Equity World

Mendukung penguatan rupiah, pasar SUN juga mengalami apresiasi sepekan kemarin. Kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah tercermin dari penurunan tingkat imbal hasilnya.

Di hari terakhir perdagangan, seri acuan obligasi rupiah yang paling menguat adalah yang bertenor 15 tahun dengan penurunan imbal hasil mencapai 11,6 basis poin. Investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,84 triliun sepekan kemarin.

Walau rupiah dan pasar SUN tanah air masih menguat, pasar tetap saja cemas dengan merebaknya virus corona yang akhir-akhir ini jadi sorotan. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa korban meninggal sudah mencapai 56 orang. Jumlah kasus pun tiap hari bertambah. Kabar teranyar, CNBC Internasional melaporkan hingga 26 Januari 2020 jumlah kasus sudah mencapai 2.116 kasus.

Walau kasus dan jumlah korban meninggal paling banyak ditemukan di Wuhan sebagai lokasi pertama virus ini muncul, jumlah negara lain yang melaporkan penemuan kasus ini juga semakin bertambah.

Sampai saat ini negara yang sudah melaporkan adanya penemuan virus corona baru yaitu Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Macau, Thailand, Taiwan, Vietnam, Nepal, Perancis, Australia, Canada hingga Amerika Serikat. Korban terus berjatuhan dan dunia menjadi waspada akan kemungkinan pandemi seperti SARS tujuh belas tahun silam.

Design a site like this with WordPress.com
Get started