Equityworld Futures | Arah Wall Street Pekan Ini: Investor Pantau Bank Besar AS di saat Shutdown Berlanjut
Equityworld Futures | Bursa saham Amerika Serikat (AS) pekan ini akan dipengaruhi oleh laporan keuangan kuartalan bank-bank besar untuk menilai kesehatan ekonomi Negeri Paman Sam, di tengah terhentinya arus data ekonomi akibat penutupan sementara (shutdown) pemerintahan federal.
Indeks saham utama Wall Street melemah pada Jumat (10/10/2025) setelah komentar Presiden Donald Trump memperburuk ketegangan dagang dengan China
Aksi jual tersebut menghentikan laju penguatan pasar menjelang peringatan tiga tahun reli bull market indeks acuan S&P 500 pada Minggu (12/10/2025).
“Pasar memang sudah berada pada level jenuh beli dan wajar jika terjadi sedikit volatilitas. Namun pada akhirnya, semuanya kembali pada kondisi ekonomi dan laba korporasi, dan musim laporan keuangan sudah di depan mata,” ujar Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments dikutip dari Reuters, Senin (13/10/2025)
Dengan valuasi pasar saham AS mendekati level tertinggi dalam lima tahun terakhir serta kekhawatiran atas euforia berlebih terhadap sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI), musim laporan keuangan kuartal III/2025 akan menjadi kunci untuk menjaga momentum reli saham
Meski sempat melemah tajam, indeks S&P 500 masih menguat lebih dari 11% sejak awal tahun dan hanya terpaut sekitar 3% dari rekor tertingginya.
“Pasar terus bergerak naik secara bertahap. Penopangnya adalah prospek laba yang lebih kuat. Jika dilihat dari fundamentalnya, kondisinya masih cukup solid,” kata Garrett Melson, Portfolio Strategist di Natixis Investment Managers Solutions.
Reli saham AS juga diiringi kenaikan harga berbagai aset lain seperti emas, perak, dan bitcoin. Sejumlah pejabat terkemuka, termasuk Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dan CEO JPMorgan Jamie Dimon, baru-baru ini menyampaikan peringatan agar pasar tetap waspada.
JPMorgan akan menjadi salah satu bank besar pertama yang membuka musim laporan keuangan pada Selasa (14/10/2025), disusul Goldman Sachs, Wells Fargo, dan Citigroup. Sementara Bank of America dan Morgan Stanley dijadwalkan merilis laporan pada Rabu (15/10/2025).
Data pasar tenaga kerja AS yang melemah belakangan ini telah memicu kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan mendorong Federal Reserve kembali memangkas suku bunga.
“Bank adalah jendela untuk melihat kondisi ekonomi AS,” ujar Irene Tunkel, Chief U.S. Equity Strategist di BCA Research. “Jika kita melihat konsumen masih berbelanja dan permintaan kredit meningkat, mungkin tanda-tandanya belum menuju kontraksi ekonomi.”
Selain bank, perusahaan besar lain seperti Johnson & Johnson dan manajer aset BlackRock juga akan merilis kinerja mereka pekan depan. Secara keseluruhan, laba perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan naik 8,8% pada kuartal III/2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data LSEG IBES.
“Sebagian besar sentimen positif pasar saat ini didorong oleh ekspektasi pertumbuhan laba,” kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services. “Jika ekspektasi itu mulai goyah, pasar secara keseluruhan bisa tertekan.”
Di sisi lain, perhatian juga tertuju pada Washington, di mana Partai Republik dan Demokrat masih berupaya mencapai kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan yang dimulai sejak 1 Oktober.
Pasar sejauh ini belum bereaksi besar terhadap situasi tersebut, namun para analis memperingatkan dampak terhadap ekonomi akan meningkat jika penutupan berlangsung lebih lama.
Salah satu dampak langsungnya adalah terhambatnya publikasi sejumlah laporan ekonomi penting oleh lembaga pemerintah. Laporan ketenagakerjaan bulanan yang seharusnya dirilis pada 3 Oktober telah tertunda, dan investor khawatir hal ini juga akan memengaruhi publikasi data inflasi serta penjualan ritel pekan depan.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menyatakan laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) bulanan—yang menjadi acuan utama tren inflasi—akan diterbitkan pada 24 Oktober, mundur dari jadwal semula pada Rabu (15/10/2025).
BLS menegaskan, selain laporan CPI yang penting untuk perhitungan manfaat Jaminan Sosial, tidak ada data ekonomi lain yang akan dipublikasikan hingga layanan pemerintahan kembali normal.
Michael Pearce, Deputi Kepala Ekonom AS di Oxford Economics menuturkan, jika penutupan tersebut berlanjut hingga pekan depan, laporan ketenagakerjaan Oktober akan ikut terdampak, dan itu akan membuat interpretasi datanya semakin sulit.
“Dengan banyaknya data ekonomi yang tidak tersedia selama penutupan ini, kabut data ekonomi semakin tebal,” katanya.
