Equity World | Bursa Saham Asia Berjatuhan oleh Risiko Kenaikan Suku Bunga Fed
Equity World | Bursa saham Asia jatuh pada hari Rabu (21/09), menyusul penurunan semalam di Wall Street dengan investor menunggu kenaikan suku bunga dan sinyal hawkish dari Federal Reserve.
Equity World | Bursa Saham Asia Merosot Tertular Wall Street Jelang Rilis Pertemuan The Fed
Indeks Hang Seng yang sarat saham teknologi di Hong Kong terus tertinggal dari rekan-rekannya, anjlok 1,5%, sementara indeks Nikkei 225 Jepang jatuh 1,3%. Kerugian hari ini juga menghapus rebound ringan yang terlihat awal pekan.
Fokus pasar tepat pada Federal Reserve, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 75 basis poin (bps) pada akhir pertemuan dua hari dini hari nanti. Pasar juga memperkirakan kemungkinan kenaikan 100 bps pasca hasil rilis tingkat inflasi AS yang tinggi dari perkiraan minggu lalu.
Saham-saham Asia menyusul tren pelemahan dari indeks Wall Street, yang jatuh sebanyak 1% di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Fed dapat memberikan langkah kebijakan yang lebih hawkish dari yang diperkirakan hari ini.
Indeks dolar AS naik mendekati level tertinggi 20 tahun, sedangkan imbal hasil treasury juga melonjak untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga.
Fokus akan berada pada inflasi bank sentral dan ekspektasi suku bunga selama sisa tahun ini. Pasar menilai suku bunga acuan AS mengakhiri 2022 jauh di atas 4%, dibandingkan dengan batas atas saat ini sebesar 2,5%.
Pasar regional telah turun drastis tahun ini tatkala The Fed mulai menaikkan suku bunga, membatasi jumlah likuiditas yang tersedia untuk pasar. Inflasi AS yang terlalu tinggi, yang jauh di atas tingkat target bank sentral, diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tinggi hingga tahun 2023.
Indeks bluechip Shanghai Shenzhen CSI 300 China jatuh hampir 1%, sedangkan indeks Shanghai Composite melemah 0,5% setelah European Chamber of Commerce, kelompok industri terkemuka, menyuarakan keprihatinan atas kelayakan negara itu sebagai tujuan investasi dalam menghadapi gangguan terkait COVID yang terus berlanjut.
Peringatan kelompok industri itu datang ketika serangkaian pembatasan COVID mengikis pertumbuhan ekonomi China tahun ini, dan juga mengganggu aktivitas beberapa perusahaan asing yang beroperasi di negara itu.
Yuan China turun ke level terendah lebih dari dua tahun pada hari Rabu. Mata uang lainnya, USD/JPY naik 0,08%, GBP/JPY naik 0,01%, GBPUSD turun 0,06%, dan EURUSD turun 0,10% pukul 10.29 WIB.
Indeks S&P/ASX 200 Australia jatuh 1,4% di mana perusahaan tambang besar memimpin kerugian. BHP Group Ltd (ASX:BHP) dan Rio Tinto Ltd (ASX:RIO), saham pertambangan terbesar di negara ini, masing-masing anjlok 2,6% dan 3,1%, setelah CEO Rio Jakob Stausholm mengingatkan bahwa prospek jangka pendek tembaga berada di bawah tekanan dampak dari kenaikan inflasi.
Di Indonesia, IHSG turun 0,49% pukul 10.16 WIB dan rupiah turun 0,22% di 15.012,5 per dolar AS.
Untuk komoditas nikel naik 1,51% ke 24.333,00 hingga Rabu dini hari, timah turun 0,9% di ICE London pada penutupan Senin, dan tembaga turun 0,01% pukul 10.29 WIB. Sementara, karet mencapai 133,80 pada Selasa di Singapura, batubara Newcastle di ICE London naik 0,51%, kakao AS turun 0,97% hingga dini hari tadi. Serta, kopi robusta di London mencapai 2.239,00 pada Selasa dan gas alam naik 0,49% pukul 10.29 WIB.
Dari kripto bitcoin turun 2,33% pukul 10.27 WIB BTC/USD dan ethereum turun 1,9% (ETH/USD). Sementara, ETC/USD naik 0,1%.
